Rabu, 17 Februari 2016

sistem pengendali Asap kebakaran



1.                                       Ruang lingkup.

1.1.   standar ini ditujukan untuk keselamatan jiwa dan perlindungan harta benda terhadap bahaya kebakaran.
1.2.   Standar ini digunakan untuk perancangan, instalansi, pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan dari sistem pengolah udara mekanik baru atau perbaikan yang juga digunakan sebagai sistem pengendalian asap.

Dalam zona yang besar seperti pada atrium dan mal, dibahas pada standar lain.

1.      Standar ini menetapkan kriteria minimal untuk perancangan sistem  pengendalian asap, shingga memungkinkan penghuni menyelamatkan diri dengan aman dari dalam bangunan, atau bila kehendaki ke dalam daerah aman di dalam bangunan.
2.      Tujuan dari standar ini adalah sebagai pedoman dalam menerapkan sistem
yang menggunakan perbedaan tekanan dan aliran udara untuk menyempurnakan satu atau lebih hal berikut:
      a)            Menghalangi asap yang masuk ke dalam sumur tangga, sarana jalan ke luar, daerah tempat berlindung, saf lif, atau daerah yang serupa.
      b)            Menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan dalam daerah tempat berlindung dan sarana jalan ke luar selama waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi.
      c)            Menghalangi perpindahan asap dari zona asap.
      d)            Menyediakan kondisi di luar zona kebakaran yang memungkinkan petugas mengambil tindakan darurat untuk melakukan operasi penyelamatan dan untuk melokalisir dan mengendalikan kebakaran.
      e)            Menambah proteksi jiwa dan untuk mengurangi kerugian harta milik.

1.             Acuan

NFPA 92 A :Recommended practice for Smoke Control System, 2000 edition. National Fire Protection Association.

2.             Istilah dan Definisi.

Untuk tujuan standar ini, istilah-istilah  berikut akan memberikan pengertian pada bab-bab dalam standar ini.

Asap

Zat padat atau cair yang melayang di udara dan gas yang ditimbulkan jika bahan mengalami pemanasan atau pembakaran,bersama-sama dengan sejumlah udara yang dimasukkan atau dengan kata lain dicampurkan ke dalam massanya.





daerah tempat berlindung
daerah pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain oleh penghalang asap kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran.

1.1.1.    disetujui
Dapat diterima oleh instansi berwenang.

Efek cerobong
Aliran udara vertikal di dalam bangunan disebabkan oleh temperatur yang ditimbulkan dari perbedaan densitas antara bagian dalam bangunan dan bagian luarnya, atau antara dua ruangan.

instansi berwenang
Suatu instansi yang berwenang dan bertanggung jawab untuk menyetujui; peralatan, instalansi atau prosedur.

lingkungan yang masih dapat dipertahankan
lingkungan dimana asap dan panas dibatasi atau dengan kata lain dihalangi untuk menjaga pengaruh terhadap penghuni pada suatu tingkatan yang tidak mengancam jiwa.

moda pengendali asap
konfigurasi operasi yang ditentukan terlebih dahulu dari suatu sistem atau alat untuk tujuan pengendalian asap.

pedoman
dokumen yang serupa dalam isi dan strukturnya seperti kode atau standar, tetapi isinya hanya ketentuan yang tidak mengikat, menggunakan kata “sebaiknya” untuk menunjukkan rekomendasi dalam bagian dari kalimat.

pemeriksaan ujung ke ujung
metoda pengujian sendiri yang hasilnya memberikan konfirmasi positip yang diinginkan (contoh aliran udara atau posisi damper) tercapai, pada saat alat kendali diaktifkan, seperti selama pengendalian asa, pengujian, atau pengoperasian secara manual. Apabila terjadi kegagalan atau berhenti, hasil konfirmasi positip menunjukkan normal tidak bekerja.

penghalang asap
Lapisan yang menerus, vertikal atau horisontal, seperti dinding, lantai, atau rakitan langit-langit yang dirancang dan dipasang untuk menghalangi gerakan asap.

perbedaan tekanan rancangan
Perbedaan tekanan yang dirancang antara ruang yang diproteksi dan ruang yang bersebelahan, diukur pada batas ruang yang diproteksi di bawah kondisi yang diatur khusus dengan beroperasinya sistem pengendalian asap.


Pusat pengendalian asap petugas pemadam kebakaran.
Sistem yang menyediakan pemantauan grafik dan kemampuan menguasai secara manual sistem pengendalian asap dan peralatan pada lokasi yang dirancang didalam bangunan untuk digunakan oleh instansi pemadam kebakaran.

1.1.2.      Sebaiknya
Menunjukkan rekomendasi atau yang disarankan tetapi tidak dipersyaratkan.

Sistem pembuangan asap.
Sistem mekanik atau gravitasi ditujukan untuk menggerakkan asap dari zona asap ke luar bangnan, termasuk sistem pembersihan asap, pembilasan dan ven, seperti fungsi fan pembuangan yang digunakan untuk mengurangi tekanan dalam zona asap.

sistem pengendalian asap.
Sistem keteknikan yang menggunakan fan mekanik untuk menghasilkan perbedaan tekanan dikedua sisi penghalang asap untuk mencegah aliran asap.

Sistem pengendalian asap terzona
Sistem pengendalian asap yang termasuk pembuangan asap untuk zona asap dan diberi tekanan untuk semua zona pengendalian asap yang terdampingi.

Sumur tangga bertekanan.
Jenis sistem pengendalian asap dimana saf tangga secara mekanik diberi tekanan, yang berpengaruh terhadap daerah kebakaran, dengan udara luar untuk menjaga asap dari kontaminasi selama kejadian kebakaran.

1.1.3.         Zona asap.
Zona pengendalian asap dimana kebakaran di lokalisir.

Zona pengendalian asap.
Ruang dalam bangunan yang ditutup oleh penghalang asap, termasuk bagian atas dan bawah, yang merupakan bagian dari zona sistem pengendalian asap.

3.        Informasi umum.

Pendahuluan.
Semua kebakaran memproduksi asap yang jika tidak dikendalikan akan menyebar keseluruh bangunan atau bagian bangunan, yang berpotensi mengancam jiwa serta merusak harta benda.

Siestem pengendalian asap sebaiknya dirancang untuk menghalangi aliran asap ke dalasm sarana jalan ke luar, jalan terusan ke luar, daerah setempat berlindung, atau daerah lain yang serupa.

Dengan memnyediakan springkler otomatik atau sarana pemadaman kebakaran otomatik lain yang umum diperlukan untuk mengendalikan asap, dapat membatasi penjalaran dan besarnya kebakaran secara efektip dan ekonomis.

Sistem lain dapat disediakan untuk hunian khusus atau fasilitas yang sudah ada.

Apabila sistem pengendalian asap tersedia, sebaiknya diaktifkan sedini mungkin pada keadaan darurat kebakaran untuk membatasi penyebaran gas kebakaran dan untuk menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan dan pada daerah yang diproteksi.

Sistem pengendalian asap sebaiknya berfungsi selama jangka waktu evakuasi pada daerah yang diproteksi oleh sistem. Sistem seperti itu ditujukan untuk mengendalikan perpindahan asap ke da;am daerah yang diproteksi yang demikian itu berarti menyediakan daerah tempat berlindung atau waktu tambahan untuk ke luar gedung, tetapi sebaiknya jangan mengharapkan daerah seperti itu  akan bebas dari asap sepenuhnya.

Sistem pengendalian asap sebaiknya secara teknik dirancang untuk hunian khusus dari suatu bangunan.

Sebagai tambahan, rancangan sistem pengendalian asap sebaiknya di koordinasikan dengan sistem keselamatan jiwa lainnya sehingga saling melengkapi, dan tidak saling meniadakan satu sama lain.

4.1.  Prinsip pengendalian asap

4.1.1.      Prinsip dasar.

4.1.1.1.                        seringkali, aliran asap mengikuti gerakan udara menyeluruh dalam
bangunan. Meskipun suatu kebakaran dimungkinkan di kurung dalam kompartemen tahan api, asap dapat menyebar ke daerah yang bersebelahan melalui bukaan seperti konstruksi yang letak, tembusan pipa, ducting, dan pintu yang terbuka.

4.1.1.2.                        Faktor prinsip yang menyebabkan asap menyebar ke daerah luar
kompartemen adalah sebagai berikut :
a)          Efek cerobong.
b)          Efek temperatur kebakaran.
c)          Kondisi cuaca, khususnya angin dan temperatur.
d)          Sistem pengolahan udara mekanik.

4.1.1.3.                        Faktor yang tercantum pada butir 4.2.1.2.a) sampai d) menyebabkan
perbedaan tekanan dikedua sisi partisi, dinding dan lantai yang dapat menghasilkan penjalaran api.

4.1.1.4.                        Gerakan asap dapat dikendalikan dengan mengubah perbedaan tekanan ini.
Komponen bangunan dan peralatan seperti dinding, lantai, pintu, damper, dan sumur tangga tahan asap dapat digunakan bersamaan sistem pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara untuk membantu dalam mengendalikan gerakan asap.

4.1.1.5.                        Perancangan bangunan menyeluruh yang memenuhi syarat dan konstruksi
yang kedap asap penting untuk pengendalian asap.

4.1.1.6.                        Pengenceran asap dalam daerah kebakaran dari bangunan yang di
kompartemenisasi bukan sarana pengendalian asap yang tepat. Pengendalian asap tidak dapat dicapai secara sederhanan dengan pemasokan udara ke dan membuang udara dari kompartemen.

4.1.1.7.                        Pengendalian asap dapat dibagi dalam dua prinsip sebagai berikut :
                           a)               Perbedaan tekanan cukup besar yang bekerja dikedua sisi penghalang akan mengendaliakan gerakan asap.
                           b)               Aliran udaranya sendiri akan mengendalikan gerakan asap jika kecepatan udara rata-rata cukup besar.

4.1.2.      Presurisasi.
Sarana utama pengendalian asap adalah dengan menciptakan perbedaan tekanan udara dikedua sisi partisi, lantai, dan komponen bangunan lain konsep dasar dari presurisasi bangunan adalah menentukan tekanan yang paling tinggi diruang yang bersebelahan dari zona asap.

Dengan cara ini, gerakan udara ke dalam zona asap dari daerah yang bersebelahan dan asap dihalangi dari penyebaran keseluruh bangunan.

4.2.3*. Aliran udara.
Aliran udara yang berkecepatan cukup dapat menghalangi gerakan asap. Prinsip ini umumnya banyak digunakan untuk mengendalikan gerakan asap melalui bukaan.

Aliran udara melalui bukaan kedalam zona asap harus pberkecepatan cukup untuk membatasi perpindahan asap dari zona itu seperti pada bukaan.

Pintu dalam bukaan ini tidak terbuka untuk jangka waktu yang lama, sehingga kondisi sementara yang ditunjukan ini penting untuk menyediakan jalan ke luar dari.atau masuk ke, daerah zona.

4.2.  Parameter rancangan.

4.2.1.      Umum.
Konsultasi teknis dengan instansi berwenang diharapkan dapat menentukan kinerja sistem dan prosedur uji serah terima pada awal rancangan.

4.2.2.      Luas kebocoran.
Bukaan kecil pada penghalalng asap, seperti konstruksi sambungan, keretakan, celah pada pintu tertutup, dan jarak celah serupa, sebaiknya dijaga agar perbedaan tekanan, dikedua sisi penghalang asap dengan tekanan luar tetap positip terhadap zona asap. Luas kebocoran tipikal ditunjukan pada tabel 7.5.

Bukaan yang besar pada penghalang asap, seperti pintu dan bukaan lainnya yang digunakan untuk membuka, sebaiknya ditunjukan. Bukaan ini sebaiknya di kaji di dasarkan pada daerah geometriknya.

4.3.3*. Data cuaca.
Perbedaan temperatur antara bagian luar dan bagian dalam bangunan menyebabkan efek cerobong dan menentukan arah dan besarnya. Efek temperatur dan kecepatan angin beragam dengan ketinggian bangunan, konfigurasi, kebocoran, Bukaan dinding dan konstruksi lantai. Perancang sistem memerlukan temperatur rancangan untuk musim panas dan hujan.

Untuk analisa keseluruhan, data angin juga perlu dipertimbangkan.

4.3.4.   Perbedaan tekanan.
Perbedaan tekanan maksimum dan minimum yang diijinkan dikedua sisi batas zona pengendalian asap sebaiknya dipertimbangkan.

Perbedaan tekanan maksimum yang diijinkan sebaiknya tidak menghasilkan gaya membuka pintu yang melebihi persyaratan pada SNI 03-1746-2000, tentang “Tata cara perencanaan dan pmasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung “,atau peraturan setempat lainnya.

Perbedaan tekanan minimum yang diijinkan sebaiknya diambil pada keadaan dimana tidak ada tanda-tanda kebocoran asap selama evakuasi dalam bangunan. Untuk sistem yang efektif, tekanan sebaiknya cukup yang tidak mengalahkan gaya angin, efek cerobong, atau daya apung dari asap panas.

4.3.5.      Aliran udara.
Aliran udara dapat digunakan untuk membatasi perpindahan asap jika pintu pada penghalang pengendali asap terbuka.

Kecepatan rancangan melalui pintu terbuka sebaiknya cukup untuk menghalangi asap mengalir balik selama evakuasi dalam bangunan. Kecepatan perancangan sebaiknya dipertimbangkan mempunyai fariabel seperti digunakan dalam pemilihan perbedaan tekanan rancangan.

4.3.6        Jumlah bukan pintu.
Jumlah pintu yang dapat dibuka sebaiknya dipertimbangkan. Jumlahnya tergantung banyaknya penghuni bangunan dan tipe sistem pengendalian asap. Dalam beberapa sistem itu lebih disukai membuka hanya pada jangka waktu yang pendek dan kebocoran asp diabaikan.

4.4.  Sistem supresi kebakaran.
Springkler otomatik dan sistem supresi kebakaran adalah bagian dari sekian banyak rancangan sistem proteksi kebakaran. Kehandalan dan efisisensi dari setiap sistem dalam mengendalikan kebakaran pada bangunan perlu didokumentasikan dengan baik.

Penting sekali untuk mengenali fungsi supresi dan sistem pengendalian asap. Sistem supresi otomatik dapat memadamkan awal kebakaran pada tahap awal pertumbuhannya sehingga dapat membatasi timbulnya asap.

Pada sisi yang lain, sistem pengendalian asap yang dirancang dengan baik dapat menjaga lingkungan yang masih dapat dipertahankan sepanjang rute jalan ke luar yang kritis pada saat sistem supresi kebakaran beroperasi atau petugas pemadam kebakaran melakukan pemadaman kebakaran.

Sebagai tambahan, terhadap kenyataan bahwa supresi kebakaran dan sistem pengendalian asap menunjukkan fungsi yang berbeda, maka untuk itu penting untuk mempertimbangkan interasksi antara sistem pengendalian asap dan sistem supresi kebakaran.

Sebagai contoh, bangunan yang sepenuhnya menggunakan springkler, perbedaan tekanan dan aliran darah yang dibutuhkan untuk pengendalian gerakan asap mungkin lebih kecil dari pada bangunan yang tidak berspringkler, karena besarnya api maksimum akan lebih kecil dari pada bangunan tanpa springkler.

Sistem pengendalian asap dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kinerja dari zat supresi jenis gas, seperti gas bersih yang didefinisikan pada standar mengenai zat bersih untuk sistem pemadaman api, apabila pengendalian asap dan sistem supresi di tempatkan bersamaan dalam suatu ruang.

Pada kejadian dimana kedua sisitem diaktifkan bersamaan, sistem pengendalian asap mungkin akan mencairkan zat gas dalam ruangan. Karena sistem supresi gas yang digunakan bersama-sama menyediakan hanya satu gas, timbul potensi untuk mengobarkan kembali api.

Sistem pemadaman dengan gas dan sistem pengendalian asap tidak dapat digunakan untuk fungsi pemadaman serempak apabila keduannya diletakkan didalam ruangan yang sama.

5.        Sistem pengendalian asap dan penerapannya.

5.1.  Pendahuluan.

5.1.1.      Tujuan.
Bab ini membicarakan bermacam-macam tipe sistem pengendalian asap dan mengkaji ulang keuntungan dan kerugian dari setiap tipe.
Penentuan sasaran tipe dan kriteria kinerja sebaiknya dibuat terlebih dahulu sebelum perancanagan atau konstruksi.

5.1.2.      Sistem Terdedikasi dan tidak Terdedikasi.

5.1.2.1.                        Sistem Terdedikasi.
   a).   Sistem pengendalian asap terdedikasi dipasang dengan tujuan tunggal untuk menyediakan pengendalian asap. Sistem merupakan sistem-sistem terpisah dari penggerakkan udara dan peralatan distribusi yang tidak berfungsi dibawah kondisi pengoperasian bangunan secara normal. Pada saat diaktifkan, sistem ini beroperasi secara khusus dalam menjalankan fungsinya sebagai pengendali asap.
   b).  Keuntungan sistem terdedikasi, termasuk sebagai berikut :
       1).        Modifikasi dari pengendalian sistem setelah pemasangan jarang dilakukan.
       2).        Pengoperasian dan pengendalian sistem umumnya sederhana.
       3).        Ketergantungan pada atau pengaruh oleh sistem bangunan lain dibatasi.
   c).   Kerugian dari sistem terdediaksi, termasuk sebagai berikut :
1).        Kerusakaan sistem mungkin tidak ditemukan pada antara jangka waktu pengujiaan atau diantara aktifitas pemeliharaan.
       2).        Sistem dapat membutuhkan ruangan yang lebih besar.

5.1.2.2.Sistem tidak terdedikasi.

   a).     Keuntungan dari sistem tidak terdedikasi, termasuk sebagai berikut :
1).        Kerusakaan sampai peralatan yang tergabung yang dibutuhkan untuk pengoperasian bangunan secara normal, sehingga kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat.
2).        Tambahan ruangan yang dibutuhkan terbatas untuk peralatan pengendalian asap yang penting.
   b).     Kerugian dari sistem tidak terdedikasi, termasuk sebagai berikut :
       1). Pengendalian sistem mungkin menjadi rumit.
       2). Modifikasi dari peralatan yng tergabung atau pengendali dapat merusak fungsi pengendalian asap.

5.1.3.               Tipe sistem dasar.
       Sistem untuk pengendalian gerakan asap dalam suatu bangunan umumnya dapat dibagi
       kedalam dua tipe yang terpisah, yaitu proteksi saf dan proteksi lantai. Proteksi saf selanjutnya dapat dibagi menjadi sistem presurisasi sumur tangga dan sistem ruang luncur lif. Proteksi lantai meliputi variasi beberapa zona pengendalian asap. Penggunaan suatu sistem khusus atau sistem kombinasi tergantung pada persyaratan bangunan dan persyaratan hunian khusus serta keselamatan jiwa dari situasi yang dipertimbangkan.

5.1.4.               Lingkungan yang masih dapat dipertahankan.
       Zona tanpa asap dari sistem pengendalian asap terzona dapat digunakan sebagai daerah yang diharapkan dapat memproteksi penghuni untuk jangka waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi atau dapat digunakan untuk melengkapi daerah tempat berlindung.


5.1.5.                     Integritas sistem.
       Sistem pengendalian asap sebaiknya dirancang dipasang, dan diperlihara sehingga sistem akan tetap evektif selama evakuasi dari daerah yang diproteksi.

Ketimbangan lain dapat di catat bawah suatu sistem seharusnya tetap efektif untuk jangka waktu yang panjang. Hal-hal yang seharusnya dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
   a).     kehandalan sumber-sumber daya.
   b).     Susunan distribusi daya.
   c).     Metoda dan proteksi dari kontrol dan sistem pemantauan.
   d).     Bahan peralatan dan konstruksinya.
   e).     Penghunian bangunan.

5.2.      Perbedaan tekanan

5.2.1*.             Tabel 5.2.1 menunjukkan saran perbedaan tekanan minimum rancangan yang dikembangkan untuk temperatur gas 9250 C ( 17000 F ) yang berdekatan dengan penghalang asap. Perbedaan tekanan ini  disarankan untuk rancangan yang didasarkan pada perbedaan tekanan minimum yang dipertahankan antara ruangan khusus.

Tabel 5.2.1. : Perbedaan tekanan minimumrancangan yang disarankan dikedua sisi penghalang asap1.

          Tipe bangunan2
Ketinggian langit-langit
Perbedaan tekanan rancangan3 ( in.w.g )
SO
Rendah
0.05
TS
9 ft
0.10
TS
15 ft
0.14
TS
21 ft
0.18

Untuk unit SI, 1 ft = 0.305 m ; 0.1 In.wg = 25 Pa.
1 =   Untuk tujuan perancangan, sistem pengendalian asap perbedaan tekanan minimumnya lebih disukai dijaga dibawah kondisi efek cerobong atau angin.
2 =   So – springkler otomatik, TS – tanpa springkler.
3 =   Untuk sistem pengendalian asap yang di zona, perbedaan tekanan di ukur antara
       zona asap dan keuangan sebelahnya dimana ruangannya di pengaruhi mode pengendalian asap.

Jika diinginkan menghitung perbedaan tekanan untuk temperatur gas yang lain dari
9250 C ( 17000 F ), metoda yang dijelaskan pada butir A.5.2.1 dari apendiks dapat di
Pakai.

Perbedaan tekanan yang dihasilkan oleh sistem pengendalian asap cenderung berfluktuasi
 karna pengaruh angin, pembukaan pintu, penutupan pintu, dan faktor-faktor lain.

Deviasi jangka pendek dari perbedaan tekanan minimum rancangan yang disarankan
mungkintidak mempunyai pengaruh serius pada proteksi yang disediakan oleh sistem pengendalian asap. Jadi tidak ada pemotongan nilai yang diijinkan dari deviasi ini.

Ketergantungannya adalah pada kekedapan pintu, kekedapan konstruksi, tingkat racun dari asap, laju aliran udara dan volume ruangan.

Deviasi yang sebentar-sebentar sampai dengan 50 % dari perbedaan tekanan minimum yang disarankan dapat dipertimbangkan untuk ditolerir dalam banyak kasus.

5.2.2*.             Serupa untuk perbedaan tekanan dikedua sisi penghalang asap, perbedaan tekanan dikesua sisi pintu sebaiknya tidak melebihi nilai yang diberikan pada tabel 5.2.2 sehingga pintu dapat dioperasikan ketika sistem presurisasi dioperasikan.

Nilai perbedaan tekanan ini didasarkan pada gaya maksimum yang diijinkan sebesar
133 N (20 lbf) pada saat mulai membuka pintu seperti ditetapkan pada SNI 03-1746-2000, tentang “ Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung”

Tabel 5.2.2. : Perbedaan tekanan maksimum dikedua sisi pintu-pintu 1,2,3,4

Gaya menutup pintu ( lbf )
Lebar pintu (in. w. g) 6
32
36
40
44
48
6
0.45
0.40
0.37
0.34
0.31
8
0.41
0.37
0.34
0.31
0.28
10
0.37
0.34
0.30
0.28
0.26
12
0.34
0.30
0.27
0.25
0.23
14
0.30
0.27
0.24
0.22
0.21

Untuk unit SI, lbf = 4,4 N ; 1 in = 25,4 mm ; 0,1 in.w.g = 25 Pa.

Catatan :
   1 =    Gaya membuka pintu total 30 lbf.
   2 =    Ketinggian pintu 7 ft.
   3 =    Jarak dari tombol pintu ke sisi tombol dari pintu 3 inci.
   4 =    Untuk daya membuka pintu lain, ukuran pintu lain, atau perangkap keras lain dari
pada tombol ─ untuk contoh, perangkat keras tombol ─ menggunakan prosedur yang disediakan dalam ketentuan teknis lain yang berlaku.
   5 =    Banyak penutup pintu mempersyaratkan gayanya kurang dalam bagian awal siklus membuka dari pada persyaratan untuk membawa pintu ke posisi pembukaan penuh.

       Kombinasi  pukulan dari penutup pintu dan kombinasi tekanan yang diadakan hanya sampai pintu cukup di buka untuk mengijinkan udara lewat bebas melalui bukaan. Gaya yang diaadakan oleh alat penutup untuk menutup pintu sering berbeda dari yang diadakan pada pembukaan.
   6 =    Penerapan lebar pintu hanya jika pintu mempunyai engsel pada satu ujung ; sebaliknya menggunakan prosedur perhitungan yang disediakan pada ketentuan lain yang berlaku.

5.3.      Sistem presurisasi sumur tangga

5.3.1.               Umum.
Sasaran kinerja dari presurisasi tangga adalah menyediakan lingkungan yang masih dapat dipertahankan di dalam tangga pada saat kejadian kebakaran dalam bangunan. Sasaran kedua adalah untuk menyediakan daerah untuk petugas pemadam kebakaran.

Pada lantai dimana terjadi kebakaran, kebutuhan sumur tangga yang diprosurisasi untuk menjaga perbedaan tekanan dikedua sisi pintu sumur tangga yang ditutup sehingga infiltrasi dari asap dibatasi. Sistem presurisasi sumur tangga sebaiknya dirancang untuk memenuhi atau melebihi perbedaan tekanan minimum rancangan yang diberikan dalam tabel 5.2.1 tetapi sebaiknya tidak melebihi perbedaan tekanan maksimum yang diberikan tabel 5.2.2.


      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar